Tanggal 16 Juli 2009 saya berkesempatan menghadiri undangan temanten adik sepupu dengan memakai adat Jawa lengkap. Acara dilakukan selama 3 hari, di hari pertama acara siraman kemudian dilanjutkan malam midodareni. Tapi saat acara midodareni saya tidak bisa menghadiri karena anakku sakit. Hari kedua acara akad nikah dan dilanjutkan temu maten, dan hari ketiga dilakukan resepsi pernikahan dengan dihadiri tamu undangan. Dua acara di hari pertama dan kedua hanya dihadiri keluarga. Saya mencoba menghadirkan lewat foto dan mohon maaf bila ada tulisan yang salah.
Dalam acara ini diiringi oleh gending asli dari kerawitan Pemkab Ponorogo dan sinden dari Wonogiri, dan memakai perias ibu Sudjono dari Ngawi.
Bapak dan ibu besiap untuk mohon doa restu kepada orang tua, agar bisa menikahkan putrinya dengan lancar. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bleketepe (benar penulisannya?) oleh Ayah, yaitu memasang anyaman janur kuning di depan pintu masuk rumah . Sang Ayah cukup kesulitan karena harus menaiki tangga yang cukup tinggi dengan berpakaian adat Jawa.
Bleketepe sudah terpasang, dilanjutkan dengan membuka selubung 2 buah pisang yang telah matang di pintu masuk, yang menandakan tuan rumah sudah siap untuk menerima tamu
Acara dilanjutkan dengan persiapan untuk siraman. Ayah dan Ibu mengambil 2 buah kelapa kuning untuk dimasukkan ke dalam tempat air siraman. Air siraman ini diambilkan dari air sumur 7 masjid yang terkenal di sekitar Ponorogo, dengan harapan temanten berdua beserta anak keturunannya kuat dalam memegang akidah Islam.. Kemudian Bapak Ibu memberi alas pada tempat duduk untuk siraman agar putrinya merasa nyaman saat siraman. Inilah salah satu bentuk kasih sayang orang tua terhadap anaknya.
Calon pengantin putri diantar keluar untuk meminta doa restu kepada orangtua. Calon pengantin duduk bersimpuh di hadapan orang tuanya. Setelah menghaturkan sembah sungkem, calon pengantin mengungkapkan isi hatinya yang diawali permintaan maaf atas segala kesalahan selama ini, juga terima kasih telah dibesarkan dengan kasih sayang, dan masih banyak lagi. Suasana saat itu sangat mengharukan, sehingga banyak yang tak kuasa menahan air mata, begitu juga kedua orang tuanya.
Ayahnya tak mampu menjawab kata-kata putrinya. Yang terdengar hanya suara isak tangis, tetapi akhirnya mampu juga untuk memberi nasehat ke putri tercintanya.
Kemudian dilakukan sungkeman ke ayah dan ibu.
Acara dilanjutkan ke persiapan siraman. Ayah dan ibu beserta putrinya menuju tempat upacara siraman. Calon pengantin duduk diapit oleh ayah dan ibu. Kemudian ayah dan ibu mengambil air untuk diberikan ke mempelai pria sebagai air siraman mempelai pria, disaksikan oleh putrinya.. Air tersebut disampaikan lewat utusan yang akan mengirim ke tempat mempelai pria.
Sampailah acara siraman yang diawali oleh ibu perias yang juga memberi contoh bagaimana cara memandikan mempelai wanita. Dilanjutkan oleh neneknya , kemudian oleh kerabat yang dituakan, dan diakhiri oleh orang tuanya..
Acara siraman selesai, dilanjutkan acara bersuci dimana ayah mengucurkan air dari kendi dan putrinya bersuci. Setelah selesai kendi tersebut dipecah sebagai simbul pecahnya masa perawan dengan keadaan yang sesuai tuntunan agama.
Untuk mengakhiri acara siraman, ayah dan ibunya mengendong san putri keluar dari tempat siraman seperti layaknya saat putrinya masih bayi.
Acara berikutnya adalah jualan dawet yang dilakukan oleh ayah dan ibu. Ayah membawa payung dan memayungi ibu yang sedang menjual dawet sambil menggendong tempat uang. Sebelum berjualan dawet, dihitung dahulu modal yang dipakai untuk membuat dawet. Sebelum dawet dijual, sang ayah berkesempatan untuk mencicipi dawet tersebut dan mengumumkan ke para undangan, bahwa dawetnya enak sekali. Sehingga para undangan akan berebut untuk membeli dawet dengan memakai uang kereweng (pecahan genting/kendi. Tapi sekarang sudah diganti dengan uang-uangan dari tanah liat yang dicetak).
Setelah tidak ada lagi yang membeli, uang dihitung dan ternyata untungnya banyak sekali. Uang hasil penjualan dawet diserahkan kepada putrinya untuk dipakai sebagai modal dalam berumahtangga .
Acara berikutnya memporak tumpeng robyong. Tumpengnya seperti tumpeng biasanya dan dihiasi agar kelihatan indah. Ayah dan ibu bergantian menyuapi sang putri.Simbul apa dalam tahapan ini, saya tidak tahu. Mungkin ini adalah kesempatan terakhir ayah dan ibu menyuapi sang anak, karena besok setelah akad nikah anaknya sudah menjadi milik suaminya.
Acara dilanjutkan dengan menanam rambut yang dipotong saat siraman tadi di halaman rumah. Dengan harapan walau sang anak pergi jauh, tetapi masih ingat dengan rumah dan orang tuanya . Selesai sudah acara siraman hari ini. Malam harinya dilanjutkan dengan acara midodareni. Di acara ini biasanya adalah penyerahan pakaian calon istri oleh calon suami mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, perlengkapan berhias, dan perlengkapan mandi. Juga diisi ramah tamah antara keluarga laki-laki dan perempuan. Sayangnya saya tidak bisa mengikuti, karena saya harus pulang ke Madiun, anak saya sedang sakit.
Hari Jum’at pagi merupakan acara yang sakral, yaitu acara akad nikah yang akan dilakukan oleh Ayahnya sendiri dan disaksikan oleh 2 orang saksi dan petugas dari Depag. Sebelum acara akad nikah, diawali pengecekan data dan dilanjutkan dengan kutbah nikah oleh petugas dari Depag. “Bismillahirrohmanirrohim, saya nikahkan anak saya yang bernama………..” . “Saya terima nikahnya ……… dengan mas kawin ………..” .
Saksi menyatakan sah, maka dilanjutkan dengan doa agar pernikahan ini mendapat ridho dari Allah swt.
Acara dilanjutkan pengan penyerahan mahar dan pemasangan cincin kawin.. Selesai sudah acara akad nikah, dan selanjutnya adalah acara temu temanten.
Acara temu, Pengantin sudah dirias dengan pakaian adat Jawa. Sang putri sedang menunggu sang pangeran di singgasananya .
Acara diawali dengan keluarnya cucuk lampah dengan membawa perlengkapan acara temu temanten, seperti kembar mayang, payung kebesaran, nasi kuning untuk diberikan kepada ayah pengantin putri. Kemudian cucuk lampah melanjutkan perjalanannya bersama pendampingnya membawa sepasang kembar mayang yang lain menuju kediaman pengantin pria untuk dijempu. Pengantin putri dibawa keluar di depan rumah menunggu kehadiran suaminya.. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga dengan diantar rombongan keluarga (pengantinnya takut berangkat sendiri he he he…….). Dilanjutkan dengan saling lempar beras kuning. Karena merasa takut kedahuluan, dari jauh pengantin pria sudah melempar beras kuning yang digenggamnya ke istrinya. Akhirnya jadi ramai, karena pengantin wanita dan pengiringnya kena beras kuning.
Kedua mempelai kemudian dipertemukan oleh ibu Perias dan didoakan. Saya tidak dengar doanya, karena tidak diberi mic.
Acara dilanjutkan dengan upacara injak telur. Disini melambangkan rasa hormat sang istri dan rasa sayang istri kepada suaminya. Istri membersihkan kaki suaminya yang kotor, bisa diartikan saat suami pulang kerja dalam kondisi lelah dan kotor, istri menyambut dengan senang dan menyediakan perlengkapan mandi, tapi bagaimana kalau sama-sama bekerja? ah entahlah…. Paling bila sudah punya anak akan jalan sendiri-sendiri he he he….. Di acara ini pun diperlihatkan bagaimana rasa sayang suaminya terhadap istrinya saat suaminya membantu istrinya untuk berdiri setelah sang istri selesai membasuh kakinya. Bagus juga ibu Perias ini dalam mengatur urutan kegiatan. Semoga kedua mempelai ini akan selalu ingat adegan ini, sehingga pada saat-saat yang genting dalam rumah tangga tidak terjadi perpecahan. amin
Acara injak telur ini apakah dapat diartikan bahwa pemecah telur istrinya adalah suaminya sendiri dan dilakukan setelah akad nikah? ……
Selesai acara injak telur dilanjutkan dengan memberi minum air putih oleh ayah ibu kepada mempelai berdua, yang merupakan ucapan selamat datang.
Selanjutnya kedua mempelai dibawa masuk ke dalam rumah dengan digendong ayahnya dan dipegangi ibunya. Dengan kasih sayang, ayahnya mendudukkan kedua mempelai di kursi di ruang tamu, kemudian mengajaknya keluar kembali untuk menemui para undangan
“Inilah suami anakku, semoga mereka berdua selalu bahagia dalam mengarungi rumah tangga dan mendapat ridho dari Allah swt. Amin”
Selanjutnya adalah acara penimbangan. Ayah duduk ditengah dan diapit oleh kedua mempelai. Tangan di atas pundak mempelai, Ibu duduk di depannya dan menanyakan ke Ayah, bagaimana bobot kanan dan kiri?. Ayah menjawab, “Bobotnya sama, semuanya sama, yang pria tampan dan yang wanita cantik”
Ini apakah perlambang pengantin harus sekufu atau bibit bebet bobot nya imbang?
Acara dilanjutkan dengan kacar kucur, yang melambangkan sang suami berkewajiban memberi nafkah ke istrinya baik lahir maupun batin.. Kemudian berdua memberikan kepada Ayah Ibu, “hanya ini ayah dan ibu yang bisa kami berikan. Kami berdua tidak pernah bisa membalas semua apa yang ayah dan ibu berikan kepada kami”
Acara dialnjutkan dengan saling menyuapi antara kedua mempelai dan minum bersama . Tapi rupanya pengantin wanitanya tersedak, mungkin karena grogi ……. Semoga ini akan selalu dikenang sehingga tidak terjadi pertengkaran yang hebat. Dulu bisa saling menyuapi, kenapa sekarang tidak?
Acara selanjutnya adalah mapak Besan. Ayah dan Ibu berdiri dan menjemput Ayah dan Ibu mempelai laki-laki (besan) di depan rumah. Kedua mempelai juga menyambutnya dengan memberi hormat.
Acara selanjutnya adalah acara terakhir dari rangkaian acara temu temanten, yaitu acara sungkeman kepada orang tua, yang diawali ke orang tua mempelai wanita kemudian ke orang tua mempelai laki-laki. Sebelumnya keris di pinggang mempelai laki-laki dimbil perias dan disimpan oleh petugas. Mempelai duduk di depan orang tua, menhaturkan sembah sungkem, dan sungkem ke ayah dan ibu bergantian. Dengan rasa sayang ayah dan ibu membelai mempelai dan memberi ciuman sayang.
Acara ditutup dengan foto bersama Ayah dan Ibu kedua mempelai . Bersama kakak tercinta . Para undangan dipersilakan menikmati hidangan yang telah tersedia dengan dihibur klenengan dari Pemkab Ponorogo. Sedangkan keluarga berkesempatan berfoto bersama mempelai secara bergantian.
Hari ketiga dilakukan upacara resepsi di gedung pertemuan yang dihadiri oleh seluruh undangan.
.
Hanya ini yang bisa saya tulis mengenai urutan acara pernikahan adik sepupu yang memakai adat Jawa. Saya tidak tahu ini memakai adat Solo atau Jogya atau dari mana……., yang jelas ini adalah tradisi yang bagus dan semoga kedua mempelai selalu ingat peristiwa ini, sehingga akan terhindar keretakan dalam berumah tangga. Semoga dik Gugi dan dik Eta’ selalu bahagia dan dalam ridho Nya, dan semoga lekas diberi momongan. amin.
Maaf ada yang terlupa, saksi bisu pecahnya mahkota wanita oleh suami tercinta
terima kasih
nice story…..
lanjutkan!!!!
😉
By: eta' on 07/24/2009
at 2:50 AM
wah, jawi banget. Mudah2an barakah dan awet sampe kakek nenek.
By: juli prasetio on 07/25/2009
at 5:52 AM
amin ya robbal alamin
By: ardianita on 07/25/2009
at 6:49 AM
wahhh, maapp ya eta’ aku ga bisa dtg kmaren…. tp alhamdulillah, terpuaskan dgn adanya blog ni, makasih ya mas ipung……… eta – gugi serasi! hehehehe mg langgeng ya bu… cptn dikaruniai momongan… wahh, tar pas lebaran ada anggota baru dlm kluarga Martodiryo, welcome Gugi’………. ^__^
By: andina on 07/27/2009
at 2:05 AM
jawa banget suasananya,,sipp
By: avriel on 12/26/2009
at 4:41 AM
Asslmkum mbak…cantik sekali pengantinnya.sangat beradat acaranya..hehehe…mau tanya mbak, dimana yah beli kendi+gayung buat acara siramannya? dan juga bunga roncean melatinya beli atau sudah sepaket dari salon? terima kasih mbak ^.^
By: mpoes on 03/29/2010
at 5:57 PM
Semua peralatan acara temanten tersebut berasal dari periasnya. Terima kasih
By: ardianita on 03/29/2010
at 10:21 PM
Wah keren juga infonya sist….adat jawa. Bagus dan keren. Mampir juga ke blog nikah ku ya 🙂 ada wedding planner book nih 🙂
By: Belle on 05/21/2010
at 9:06 AM
mba boleh tau ga rias manten nya dimana ?? minta alamat kengkapnya dong 🙂 thks n lam knal 🙂
By: mega on 05/30/2010
at 8:10 AM
Nama periasnya ibu Sudjono dari Jogorogo Ngawi Jawa Timur. Alamat tepatnya saya tidak tahu. Bulik saya juga sudah lupa, tapi ada no telponnya, 08125917771 atau 0351730015
By: ardianita on 05/31/2010
at 5:52 AM
@ mbak mega, kebetulan aku juga pake Ibu Djono waktu acara ngunduh mantu di Madiun, December 2006. Riasannya bagus banget… Kalo mau alamat lengkap bu Djono nanti saya kirimin deh (name cardnya tar dicari dulu… hehe). Kalo mo liat foto2ku hasil riasan bu Djono juga bisa 🙂
@mbak ardianita, salam kenal…. nice article. meski bukan jawa saya paling seneng dgn budaya Jawa… (untung akhirnya kesampaian, punya suami org jawa dan jadi penganten jawa… hahaha) BTW, mertuaku Madiun. Mbak Ardianita aslinya mana?
By: emmi on 06/04/2010
at 7:52 AM
bagus buuuanget mudah2an jadi sakinah madah warohmah,, ?? ntr mo ikut ah kwadene hehehe??
By: iwan madiun on 06/04/2010
at 6:21 PM
mba emmi : oia mba boleh liat ga foto2 nya he he he ., oia ad yg tau ga ya salon nya saya lupa namanya ibu mustika rumahnya jogorogo ngawi ?? kali aj ad yg tau mksh ya mba emmi 🙂
By: mega on 06/11/2010
at 3:40 AM
waduh, mbak mega, saya punya janji, mo liatin foto2 yg dirias bu djono ya? Emailnya mana, mbak. Tar saya kirimin deh… 🙂 Maaf baru bales, sdh lama saya gak mampir ke blog ini…
By: emmi on 12/15/2010
at 1:33 AM
wah,baju yang sama,aku juga pake baju yg warna hitam.tahun 2009.pake bu jono. Memuaskan…
By: Tyas Chrisna Kusuma W on 05/02/2011
at 8:15 AM
Salam, ini merupakan kunjungan pertama saya, memang saya belum mengerti benar tentang topik yang anda bahas, namun stelah membaca tulisan anda, pengetahuan saya tentang adat istiadat di Indonesia semakin betambah, sungguh menakjubkan. Saya salut dengan blog anda, salam hormat saya artav 2011.
By: artav on 08/24/2011
at 1:11 PM
Terima kasih atas kunjungannya
By: ardianita on 08/24/2011
at 9:04 PM
amiiiiinnn ya allah bagus bgt pernikahan adat jawanya jadi mau seperti itu hehehe 🙂
http://bit.ly/1mGYoIe
By: rosniawatiade on 04/10/2014
at 8:11 AM
perias ibu sudjono emang toooop…. 😉
By: emma on 04/24/2014
at 6:13 AM
bagus postingannya, jawa banget >.<
.. nice share
By: Undangan Pernikahan Online on 05/31/2014
at 5:29 AM
bagus artikelnya
By: mengigautengahmalamgg on 12/11/2020
at 2:57 AM